Sebagai orang percaya (yang menyebut dirinya seorang kristen, seseorang yang mengikuti ajaran Kristus meskipun kadang gagal dan jatuh), saya percaya pada konsep kehidupan setelah kematian. Fakta bahwa saya percaya hal tersebut memberi saya sedikit penghiburan setiap kali saya harus menghadapi kematian seseorang atau sesuatu (kadang kala anjing mati juga) yang saya cintai. Jadi, bahkan setelah hati saya hancur berkeping-keping setelah kematian Opung, saya selalu merasa tenang dengan berpikir bahwa sekarang dia berada di tempat yang lebih baik; lebih bahagia daripada sebelumnya. Hal yang sama terbersit ketika memikirkan mama, opung doli. Penghiburan, itulah yang saya dapatkan.
Orang atheis mungkin skeptis dan menganggap konsep kehidupan setelah kematian sebagai omong kosong belaka. Yang baik mungkin kasihan sama saya, sementara yang rada nggak baik mungkin menganggap saya tolol. Atau keduanya mungkin menganggap saya delusional. Tapi kemudian saya bertanya pada diri sendiri: apakah ada pilihan lain yang saya miliki? Karena bagi saya ini bukan hanya masalah iman semata (meski tentunya iman memainkan peranan penting di sini) tapi juga suatu cara yang bijak untuk memilih cara menjalani hidup saya. Saya lebih suka menjalani hidup dengan mengetahui bahwa saya sedang mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih baik (dan abadi) di masa depan, daripada mengatakan kepada diri saya untuk hidup sepenuhnya ', melakukan apapun yang saya inginkan (karena anda tahu, YOLO!*), karena di pada akhirnya saya akan mati juga. Bahkan saya pikir jika kehidupan setelah kematian memang tidak ada, saya tidak merasa rugi pernah mempercayainya. Kenapa memangnya jika saya hidup dengan mematuhi peraturan, mencoba melakukan apa yang tuhan atau Tuhan 'ajarkan' untuk saya lakukan dan mencoba untuk tidak melakukan apa yang mereka atau Mereka atau Dia 'larang'. Jika disebut delusional oleh orang-orang tertentu adalah satu-satunya harga yang harus saya bayar, saya rasa itu adalah hal yang kecil. Terutama dengan hadiah yang sudah saya terima sekarang, dengan percaya bahwa orang yang saya cintai berada di tempat lain selain terkubur di bawah tanah dengan cacing-cacing perlahan memakan tubuh mereka.
Saya juga mendapat penghiburan dengan melihat kehadiran mereka di dalam diri orang lain. Terkadang, saya melihat mama di dalam diri saya, saat saya melihat ke cermin. Pada lain kesempatan di dalam adik saya. Bukan hanya karena kemiripan kami dengan mama, tapi karena saya tahu beberapa hal dalam diri mama masih ada tertinggal dan berjejak di dalam diri kami. Atau juga setiap kali saya melakukan hal random yang biasanya dilakukan Opung, saya tidak dapat memungkiri kenyataan bahwa dia masih hidup melalui saya. Jadi pertanyaannya adalah; apakah mereka benar-benar pergi? Jawaban saya: I don't think so; terlepas dari kenyataan apakah kehidupan setelah kematian memang ada, atau tidak.
-untuk Opung dan Mama-
*YOLO: you only live once (hidup cuma sekali)