Holla! Hari ini hampir tengah malam gue menulis satu pos yang mungkin nggak akan terlalu panjang di blog ini. Jujur gue suka merasa ada dorongan untuk menulis sesuatu tentang Tuhan dan relasi gue dengan Tuhan sendiri, tapi baru kali inilah gue "memberanikan diri" menuliskannya, tepat setelah gue saat teduh.
Beberapa hari yang lalu, 2 teman baik gue Kezhia dan Devi ngajak gue main ke apartemen mereka. Dua-duanya bersama salah satu temen kita yang lain Melky agaknya menunjukkan kekhawatiran terhadap sikap gue yang belakangan jadi ansos. Memang guepun bingung sama kelakuan diri sendiri, yang cenderung lebih suka sendirian ketimbang ngumpul sama teman. Memang terkadang ada saat di mana kita butuh waktu untuk diri kita sendiri, tapi pada satu level tertentu kadang ke "solitude" an kita itu bisa berdampak negatif juga. Gue menyadari, dengan (hampir) menutup pergaulan gue terhadap lingkungan luar (dalam hal ini temen-temen student, temen-temen Indo dan jemaat gereja) secara nggak langsung menghambat pertumbuhan iman gue juga.
Sabtu gue datang ke apartemen mereka dengan misi memasak Rawon. Kezhia yang lagi nggak enak badan dan Devi yang lagi galau habis mimpi kedua mantannya (hahahaha) tetap menyambut gue sekalipun keadaan mereka nggak terlalu okay hari itu. Kita masak, cerita, makan, ketawa-ketawa, sharing dan akhirnya waktu memaksa gue harus pulang. Sebelum pulang kita janjian untuk besoknya pergi gereja ke International Baptist Church.
Besoknya kitapun pergi ke gereja. Gue dan Devi yang baru pertama ikut kebaktian di sana terkagum-kagum dengan khotbah dan pujian penyembahannya. Di jalan pulang pun kita masih nggak henti-henti memuji community yang baru aja kita temukan ini. Di rumah, Devi cerita soal kesedihan hatinya karena mantan pacarnya udah jadian lagi alias udah move on. Gue bisa merasakan kegalauan dia karena ngebayangin mantan gue move on gue mungkin bisa nangis darah. Tapi gue lihat begitu Devi ngandelin Tuhan banget di dalam kehidupannya, sehingga dia bisa lebih plong walau masih
keinget memori bareng mantan yang pacaran dengan dia selama 3 tahun. Untuk mengalihkan perhatian kita browsing-browsing sekolah dan denger khotbah Francis Chan dari Youtube.
Waktu denger khotbah tiba-tiba Devi bilang, "Oh ya Asrida kamu harus baca buku ini," sambil ngasih buku berjudul "Crazy Love" yang ditulis Francis Chan. Gue yang emang suka baca buku tentang cinta-cintaan langsung menyambut dengan mesra buku tersebut dan membawanya ke rumah buat dibaca.
Ternyata bukan cinta picisan biasa yang dibahas di dalamnya.
Buku yang baru gue baca 2 bab pertamanya itu sampai sekarang masih ada di meja belajar gue, persis di sebelah gue ngetik sekarang. Buku yang udah duluan bikin Devi nangis waktu dia membacanya, seperti ngebuka mata gue tentang relationship gue sama Tuhan, bahkan saat gue masih sampai di dua bab pertamanya. Buku yang menggambarkan betapa besarnya Allah itu; yang mendorong gue menulis judul entry ini: "Siapakah Aku ini Tuhan?" Gue seperti dihentakkan tiba-tiba, ditampar
dengan kenyataan bahwa "Asrida, lo ini kecil. Di mata Tuhan lo ibarat capung, atau mungkin sebutir pasir di pantai." Bayangin kalo lo ngambil satu ember kecil pasir di pinggir pantai, apa akan ngubah pantai tersebut? Apa tiba-tiba angin ribut datang dan tsunami dan sebagainya? Nggak.. Lo bayangin sekarang kalo kita cuma sebutir dari pasir di dalam ember kecil tersebut. We are nothing towards Him.
Gue menyadari sikap ansos gue selama ini bukan hanya kesombongan gue terhadap teman-teman gue, tapi juga kesombongan gue terhadap Allah itu sendiri. Gue secara nggak langsung pengen menunjukkan bahwa gue bisa tanpa bantuan siapa-siapa, gue survive tanpa Dia and I am okay with it. Dan itu salah besar, gue salah besar dan lebih buruknya lagi nggak ada bener-benernya sedikitpun dari apa yang gue pikirin itu. Tapi kabar baiknya, Tuhan masih, dan akan tetap sayang gue dan mau gue sama-sama dengan-Nya.
Agaknya Tuhan menyadarkan gue lewat dua teman gue yang manis dan selalu memotivasi gue buat membangun relasi yang mesra dengan-Nya. Lewat buku Francis Chan, lewat tulisan-tulisan beliau yang begitu to the point, gue tersadar dari kekeliruan terbesar gue yang selama ini sering gue ingkari; perasaan bahwa gue penting, dan bukan Tuhan yang penting.
Beliau menganalogikan kehidupan ini sebagai film, di mana Tuhan sebagai pemeran utamanya. Manusia yang sekarang hidup, nenek-nenek moyang kita yang sudah nggak ada, Abraham Lincoln, Petrus, Daud, Elia, Yakub, Nuh, Adam dan Eva, semuanya kita hanyalah figuran yang tampil di film kehidupan ini sebentar saja; mungkin 2.5 detik dari durasi film. Jadi betapa bodohnya kalau kita; gue dan lo semua merasa diri penting dan "menuhankan" urusan kita masing-masing dan bukan Tuhan. Gue tersadar betapa picik gue selama ini; dalam berdoa, dalam meminta sama Tuhan. Terkesan gue ingin Tuhan takes control atas hidup gue, padahal sebenarnya gue lah yang mau take control atas hidup gue sendiri.
Tapi satu hal yang luar biasa dari Tuhan kita, di antara semua keluarbiasaan-Nya tersebut adalah bahwa gue, lo, kita butiran pasir di pantai ini berharga di matanya. Dia sayang sama kita, Dia menginginkan kita, dan di atas itu semua Dia mau kita lepas dari dosa dan balik sama Dia. Gue nggak tahu apa Raja-raja di dunia ini mengasihi rakyat mereka seperti Allah kasih sama kita? Dia bahkan jauh melebihi Raja-raja dunia, tapi Dia cinta sama kita. Kenyataan itu gue harap membuat kita semua makin merasa rendah. Tapi merasa rendah jangan menghalangi kita untuk datang ke hadirat-Nya. Malah, kita harus makin giat menaikkan puji-pujian dan hormat syukur. No, bukan karena kita orang baik dan religius. Tapi yes, karena Tuhan udah lebih dulu sayang sama kita, bahkan saat kita masih di rahim ibu kita.
Mungkin hidup yang akan gue jalani ke depannya nggak akan luput dari tantangan, sama seperti gue tadi bilang post ini nggak akan panjang tapi akhirnya jadi panjang, gue nggak punya kendali atas semuanya yang ada di atas bumi ini. Dia yang punya. Maka gue cuma berharap bahwa selama kita masih bernapas, biarlah semua yang kita lakukan hanya demi kemuliaan-Nya. Dan semoga, gue berhenti jadi ansos :D
I Korintus 10:31
"Aku menjawab: jika engkau makan dan jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah."
Note:
*ansos: anti sosial
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments