Upaya Sia Sia Mendefinisikan Cinta

Kemarin saya berbincang dengan seorang teman yang usianya terpaut lumayan jauh di atas saya. Konon katanya, semakin banyak umur seseorang, semakin banyak pula pengalamannya. Jadi saya bertanya dong, “Kak, kakak lebih memilih mencintai atau dicintai?” Pertanyaan klise memang. Dan sayapun berekspektasi untuk mendapatkan jawaban yang tidak kalah klisenya; seperti yang sering  banyak perempuan bilang, “mending dicintai daripada mencintai.” Katanya, belajar mencintai orang itu lebih mudah, daripada mencoba membuat orang yang nggak cinta jadi cinta sama kita. Jadi saya pikir, jawaban si kakakpun pasti akan menyerupai format itu. Nggak tahunya dia jawab begini, “Saya memilih dicintai, karena kalau sampai harus berpisah, hati saya nggak akan sesakit kalau saya mencintai orang tersebut.” Hmm, menarik, pikir saya. Lalu saya tanya lagi, “Pentingkah ada cinta di dalam pernikahan?” Lalu jawabnya “Tidak. Yang terpenting itu komitmen. Pasangan yang bertahun-tahun menikah, sudah tidak ada cinta lagi. Yang ada hanya perasaan nyaman, saling membutuhkan, dan komitmen.” “Lalu apakah pasangan kakek nenek yang jalan sambil gandengan tangan itu bukan karena cinta?” saya tanya lagi. “Itu tadi yang saya bilang rasa nyaman,” jawabnya.


Sekarang saya jadi berpikir, sebenarnya apa sih cinta itu? Katanya di dalam bahasa Yunani, ada 4 kata yang dapat diartikan ke dalam bahasa inggris sebagai cinta, atau “love” dalam bahasa inggris, walau memiliki makna yang berbeda-beda.  Ada philiaerosstorge dan agape. Saya nggak kepengen membahas terms of love in greek ini, saya yakin kalian semua udah tahu lah. Ini saya hanya sedang mencoba mengerti, tentang apa sih sesungguhnya cinta itu.



Detik ini ada begitu banyak perasaan yang saya rasakan, terhadap berbagai orang yang berbeda, yang mungkin bisa didefiniskan sebagai cinta. Tapi karena sayapun nggak punya definisi yang definite soal apa cinta itu, saya jadi kurang yakin apakah perasaan itu memang cinta apa bukan. Saya juga nggak tahu, apa sih tanda cinta itu? Apa berkirim pesan tiap hari untuk saling bertanya kabar? Mengingatkan jangan lupa makan, mandi, buang air, bernafas? Berkorban waktu, tenaga, perasaan? Mendoakan dari jauh? Ciuman yang membuat lutut lemas? Pelukan yang hangat dan lama? Bagi tiap orang, mungkin jawabannya akan berbeda-beda. Ada yang mungkin ngamuk-ngamuk kalau pasangannya lupa ngingetin dia buat makan, dianggapnya sudah tidak cinta. Ada yang mungkin berpikir, cinta bukan cuma sekedar hal remeh temeh kayak begitu. Saya pikir sih nggak ada yang salah dan nggak ada yang absolutely benar. Bagi saya, cinta itu bukan untuk didefinisikan. Biarkanlah dia dengan segala keabstrakannya. Menurut saya, ketika saya ingin orang-orang terdekat saya bahagia, itu sekedar karena mereka adalah bagian dari diri saya, dan ketika mereka bahagia, sayapun demikian. Apakah lantas itu definisi cinta? Ya tergantung tanyanya ke siapa. Atau ketika saya melihat dia yang tidur di lantai supaya saya bisa tidur di kasur, apakah lantas saya langsung GR dan berpikir dia “berkorban” karena cinta sama saya? Ya nggak juga. Bisa aja itu cuma act of courtesy saja, ndak lebih. Atau cintakah itu kalau saat ini saya berharap bisa mendengar dengkurannya yang mungkin mengisyaratkan kalau tidurnya nyenyak? Nggak juga. Pada dasarnya, saya nggak mau lagi menebak-nebak dan mendefinisikan perasaan saya, apalagi perasaan orang. Saya sudah capek berada dalam posisi di mana saya mencoba memahami apa perasaan orang terhadap saya, dan perasaan saya terhadap orang tersebut. Untuk saat ini, saya memilih untuk tidak melabeli perasaan apapun itu yang saya rasakan terhadap seseorang, atau sesuatu. Saya hanya ingin meresapi dan menikmatinya, selagi saya masih bisa.

No comments